Oleh : Dhinar Ajeng Fitriany
Sudah berapa lamanya kita hidup di dunia ini? Belasan tahun,puluhan tahun, dan banyak tahun yang sudah kita lewati dalam hidup ini.
Di usia saya yang baru 18 tahun hidup di dunia ini, bukan maksud saya untuk menggurui kakak, bapak, ibu, atau teman yang usianya lebih tua dari saya. Saya hanya ingin membagi cerita, saling belajar kepada kalian semua tentang apa sebenarnya arti hidup kita ini.
Saya yang masih belia dan mungkin bagi orang yang lebih tua usianya dari saya, mungkin mereka masih menganggap saya belum dewasa dibanding mereka. Belum mengecap asam manis garam kehidupan ini dan saya tidak memungkiri itu. Saya memang masih belia. Namun, apakah kita tahu makna dewasa itu sebenarnya?
Bagi saya, dewasa adalah sebuah pilihan hidup. Pilihan waktu di mana kita bisa menjadi pemimpin bagi orang lain, waktu di mana kita bisa menempatkan diri kita sesuai situasi dan kondisinya, dan dewasa adalah kita bisa mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain sekali pun orang lain itu adalah anak kecil yang ada di hadapan kita. Jadi, bagi saya pribadi dewasa tidak bisa diukur dari usia maupun kematangan fisik tubuh seseorang. Dewasa merupakan cara berpikir kita, dan itu hanya bersumber dari pikiran dan hati dari masing-masing orang.
Sedikit saya ingin bercerita tentang pengalaman pribadi saya. Saat saya berusia 16 tahun, tepatnya saat saya kelas 3 sma, mama saya meninggal. Beberapa dari saudara saya yang tua menganggap saya hanya ‘anak mami’, tidak bisa apa-apa, jauh dari dewasa. Sebagai yang muda, saat mereka berbicara seperti itu, apa daya saya untuk melawan mereka. Ya, saya hanya senyum-senyum kecil saja sambil dalam hati rasanya ingin berontak dan mengatakan, “Kalian tidak tahu saya apa-apa, dan jangan asal bicara.
Karena orang asal bicara itulah yang sesungguhnya tidak bersikap dewasa”. Namun, waktu semakin berjalan hingga akhirnya saudara-saudara saya yang tua itu mengatakan, ”Ade hebat ya karena di usia yang masih muda ini bisa mandiri tanpa ibunya, dan tetap menjadi anak perempuan yang baik untuk papanya”. Saat mereka yang tua berbicara seperti itu, saya hanya tersenyum. Lagi, dan mengucap syukur alhamdulilah karena mereka yang tua telah ’sadar’ atas omongan mereka yang lalu. *maaf kalau sedikit anarkis kalimatnya hehe*. Ya, tapi itulah yang sebenarnya. Amanat yang bisa kita ambil adalah kita baik yang muda dan tua haruslah saling menghargai perasaan orang lain, tak pandang usia. Saling menghormati dan menghargai pendapat, dan bisa membaca situasi di sekitarnya. Itulah dewasa yang sesungguhnya.
Anugerah hidup di dunia ini adalah titipan Allah untuk kita sebagai manusia. Sebentar, dan nikmat yang ada di dunia ini merupakan ujian Allah kepada kita agar kita bisa belajar menghadapi segala nikmat yang mungkin bisa berarti ridho-Nya atau ujian-Nya. Sebab itulah Allah membekali kita dengan naluri dan akal budi supaya kita berperasaan dan berpikir dalam segala kondisi yang ada. Sering kita lihat di sekeliling kita kehidupan saudara-saudara kita yang mungkin hartanya berlebih di dunia ini. Sebagian dari mereka ada yang hidup hanya mencari kesenangan belaka, bersifat hidup konsumtif, mengikuti trend gaya hidup zaman sekarang yang hanya mementingkan kemewahan semata, bolak-balik luar negeri dengan mudahnya, bahkan mungkin mereka sampai lupa membayar zakat serta pajak. Astaghfirullah...semoga Allah selalu melindungi kita semua dari sifat kikir dan sombong.

Teman-teman, pernahkah kita berpikir tentang kehidupan kita? Di saat kita harus naik angkot, bus, ataupun kendaraan umum lainnya untuk pergi bekerja, kuliah, atau sekolah sudah pernahkah anda mengucap syukur saat berada di kendaraan itu, misalnya angkot. Pernahkah anda sesekali mengucap syukur pada Allah karena hari itu anda bisa merasakan nikmatnya naik angkot? Bisa merasakan bau asap kendaraan lainnya yang mungkin jarang anda hirup jika anda berkendaraan dengan mobil pribadi yang mewah? Bisa melihat saudara kita yang hidup di jalanan mencari sesuap nasi? Melihat copet yang mungkin ada di dalam kendaraan itu dan merasakan jantung berdegup kencap saat ada bencong jalanan yang mukanya seram sekali bila dibandingkan hantu sadako mengamen dekat angkot yang anda naiki?
Pernahkah anda bersyukur akan hal itu? Hal seperti itulah yang sebenarnya adalah pelajaran besar bagi hidup kita. Pelajaran dari Allah agar kita tetap bersyukur bisa menikmati kehidupan masyarakat kecil yang sehari-hari merasakan seperti itu. Dan , satu lagi yang harus kita ingat, saat kita harus merasakan kehidupan seperti itu jangan pernah mengeluh dan gengsi tinggi ! Tetaplah menjadi sosok yang sederhana, dimanapun tanah bumi yang kita pijak. Kesederhanaan akan membawa kebahagiaan bathiniah yang hanya bisa kita rasakan sendiri, bukan orang lain.
Teman-teman, bersyukurlah di manapun kita berada. Syukur kitalah yang ditunggu Allah akan doa hamba-Nya dalam setiap kondisi. Pernahkah anda harus hujan-hujanan saat pulang bekerja, atau kuliah? Naik kendaraan umum pula. Dan saat anda turun dari kendaraan umum, anda harus menerima kenyataan pada detik itu ada sebuah mobil mewah berjalan kencang dan menyipratkan air jalanan yang becek hingga baju anda kotor, dan kulit anda jadi gatal karena air jalanan itu?Bisa dibayangkan, betapa kesalnya kita saat itu dan rasanya ingin mengumpat si pengemudi mobil mewah tersebut bahkan mungkin menyumpahi. Jujur, saya pernah mengalami hal seperti itu saat pulang kuliah dan hujan deras. Sebetulnya dalam hati, rasanya saya benar-benar marah dan rasanya ingin menyumpahi si pengemudi itu dengan segala umpatan, makian. Namun, alhamdulilah..tak satupun kata umpatan keluar dari bibir saya, saat itu saya diam dan benar-benar diam sambil terus memandangi baju saya yang kotor, dan mobil itu yang terus melaju. Saya hanya berpikir,mungkin pengemudi mobil tersebut tidak sengaja dan saya langsung berdoa pada Allah supaya dalam keadaan mengebut seperti itu sang pengemudi tidak mengalami hal yang tidak diinginkan di lain tempat. Saya pun tidak habis pikir kenapa saat itu saya tidak kesal sama sekali, padahal kalau boleh jujur saya ini termasuk orang yang temperamental tinggi.
Suatu hari sahabat saya di kampus pernah bercerita tentang pengalamannya di dalam bus. Saat itu, di dalam bus dia berdiri dan di samping dirinya ada seorang ibu juga yang berdiri. Tak berapa lama kemudian, orang lain dihadapannya yang duduk di bangku pun berdiri karena ingin turun. Dari segi lokasi di mana teman saya itu berdiri, posisi dialah yang paling memungkinkan untuk duduk di bangku yang kosong tadi. Namun, teman saya ini malah mempersilahkan ibu di sampingnya yang juga berdiri. Itu karena dia menghormati ibu itu sebagai yang tua dan lebih pantas untuk duduk di kursi, walaupun sebenarnya teman saya ini juga sangat lelah. Tapi, apa yang terjadi, ternyata di saat ibu itu akan duduk ada seorang mbak-mbak kantoran yang menyerobot dari belakang teman saya untuk duduk di kursi kosong itu. Alhasil, ibu yang tadinya mau duduk itu tidak jadi dan dia hanya tersenyum pada teman saya dan tetap berdiri. Begitulah manusia.
Banyak yang memiliki perasaan dan bisa berpikir, dan ada juga manusia yang tidak peduli pada sekitarnya yang hanya ingin menyenangkan diri sendiri saja. Sangat kasihan sekali jika seorang manusia tidak menggunakan hatinya dalam setiap perbuatannya.
Teman-teman, dari beberapa kisah di atas mungkin bisa kita ambil hikmahnya. Sebagai manusia, janganlah kita bersikap egois, gengsi, dan merasa diri kita paling hebat dibanding yang lain. Jika kita hari ini hanya makan nasi dengan tempe, tetap bersyukurlah, jika kita bisa jalan-jalan ke luar negeri hari ini, ingatlah apa sebagian harta kita sudah diberikan kepada saudara kita yang fakir miskin? Jika kita merasa paling cantik dan tampan di kampus, di tempat kerja, di sekolah, ingatlah bahwa wajah ini hanya titipan Allah, dan Allah berkuasa atas semua itu, bisa saja karena kita sombong akan fisik kita Allah mencabut salah satu nikmat-Nya dari tubuh kita, kun fayakun..terjadi maka terjadilah.
Jika kita hari ini bisa berkendaraan dengan mobil mewah, ingatlah apakah kita mendapatkan mobil mewah itu dengan uang yang halal? Jika kita hari ini bisa kongkow-kongkow bareng teman-teman kita di mall yang mewah dan ternama di ibukota, ingatlah ayah ibu kita yang sudah susah payah bekerja untuk menafkahi kita sebagai anak. Apakah kita sudah memberikan hasil pendidikan yang baik dan memuaskan serta membanggakan orangtua kita? Apakah pantas kita menyetir mobil mewah yang dibelikan oleh orangtua kita, tetapi hasil pendidikan kita jauh dari hasil yang membanggakan? Ingatlah, orangtua kita yang menangis di saat mereka shalat karena kelakuan kita sebagai anak.
Teman-teman, lakukan yang terbaik untuk hidup kita. Jadilah dewasa dirimu sesuai kondisi dan lingkungan di sekitar kita. Yang muda bisa dewasa, yang tua pun bisa berpikir seperti yang muda. Saling mengisi dan menghargai sesama. Melakukan yang terbaik dalam hidup jangan kita selalu kaitkan dengan hidup yang enak-enak saja, karena yang enak-enak itu belum tentu indah, bahkan mungkin yang kelihatannya sederhana dan mungkin tidak enak, merana, itulah hal yang terbaik yang harus kita lakukan dalam hidup sebagai pelajaran kita di dunia. Berusahalah kita agara selalu melakukan yang terbaik untuk hidup kita, karena itulah dewasa yang sesengguhnya bagi kita manusia meskipun sangat sulit dilakukan dalam kehidupan nyata. Tetapi, kita harus yakin Allah selalu berada di samping kita. Susah dan senang. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment