Tujuh tahun cukup bagiku untuk menunggumu
Seseorang yang sangat berarti
Yang pernah hadir saat dulu dalam hidupku
Bukan mudah untuk saya melangkah
Menjauh, dan berusaha menjauh menghilangkan semua rona-rona kesan yang kau haturkan padaku
Tujuh tahun cukup bagiku untuk menunggumu
Kini, di sepanjang peron ini ku berjalan
Menunggu yang tak pasti
Bodoh ! Katamu. Saat itu.
Biar saja. Saya tak peduli.
Saya berteman dengan waktu
Kau yang tak peduli dengan waktu
Jika bisa kukatakan, ku akan berteriak
"Waktu, tolong kembalikan dia ! Dia tujuh tahun yang lalu !"
Tapi, apa yang terjadi? Tak bisa.
Jangan bermain denganku. Kata waktu saat ini.
Tuhan memberi takdir dan waktu yang mengiringinya kemana takdir itu pergi menemui seseorang.
Dan, saat itu mungkin dia menhampiri aku dan orang itu.
Orang yang kutunggu selama ini.
Tujuh tahun sudah cukup bagiku untuk selalu melintasi peron ini.
Dari bersih hingga peron berdebu tebal di kiri kanannya.
Tak peduli kataku.
Aku terus menunggu.
Karena dia
Dia telah berjanji dan berucap,
"Aku akan kembali, tunggulah aku tujuh tahun. Sabarmu yang akan mempertemukan kita. "
Kalimat itu.
Kalimat yang diucapkannya dulu.
Menjadi kalimat usang yang dimakan dimakan waktu,
dan dia berkata pada saatnya tiba saat ini,
"Kenapa sebegitu pedulinya kau padaku, tujuh tahun ini?"
Kau BODOH ! hanya itu ucapanku di bawah hujan sore ini.
Seseorang yang sangat berarti
Yang pernah hadir saat dulu dalam hidupku
Bukan mudah untuk saya melangkah
Menjauh, dan berusaha menjauh menghilangkan semua rona-rona kesan yang kau haturkan padaku
Tujuh tahun cukup bagiku untuk menunggumu
Kini, di sepanjang peron ini ku berjalan
Menunggu yang tak pasti
Bodoh ! Katamu. Saat itu.
Biar saja. Saya tak peduli.
Saya berteman dengan waktu
Kau yang tak peduli dengan waktu
Jika bisa kukatakan, ku akan berteriak
"Waktu, tolong kembalikan dia ! Dia tujuh tahun yang lalu !"
Tapi, apa yang terjadi? Tak bisa.
Jangan bermain denganku. Kata waktu saat ini.
Tuhan memberi takdir dan waktu yang mengiringinya kemana takdir itu pergi menemui seseorang.
Dan, saat itu mungkin dia menhampiri aku dan orang itu.
Orang yang kutunggu selama ini.
Tujuh tahun sudah cukup bagiku untuk selalu melintasi peron ini.
Dari bersih hingga peron berdebu tebal di kiri kanannya.
Tak peduli kataku.
Aku terus menunggu.
Karena dia
Dia telah berjanji dan berucap,
"Aku akan kembali, tunggulah aku tujuh tahun. Sabarmu yang akan mempertemukan kita. "
Kalimat itu.
Kalimat yang diucapkannya dulu.
Menjadi kalimat usang yang dimakan dimakan waktu,
dan dia berkata pada saatnya tiba saat ini,
"Kenapa sebegitu pedulinya kau padaku, tujuh tahun ini?"
Kau BODOH ! hanya itu ucapanku di bawah hujan sore ini.
No comments:
Post a Comment