Friday, August 19, 2011

DIAM SAUDARA SABAR


DIAM LEBIH BAIK DARIPADA BERDEBAT DENGAN ORANG BODOH.
(Abu Ali bin Maskawi)

Dari ungkapan Islami tersebut, entah kenapa saya terdorong untuk menulis sebuah postingan yang berbau dengan DIAM dan SABAR. Tepatnya, Diam dan Sabar dari suara-suara anjing yang menggonggong, khafilah berlalu. Yah, seperti itulah, pepatah yang sering kita dengar. Saya rasa pembaca sekalian sudah paham dengan maksud dari pepatah itu. Namun, berkaitan dengan pepatah tersebut, saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk memaknai maksud dari ungkapan dari Abu Ali bin Maskawi di atas, DIAM LEBIH BAIK DARIPADA BERDEBAT DENGAN ORANG BODOH.

Seperti yang ada dalam ajaran Islam, di mana membicarakan sesama muslim maupun orang lain yang sifatnya gossip, berita bohong, dan dengan pembicaraan itu dapat menyakiti perasaan orang lain itu disebut Ghibah. Di mana ber-ghibah itu sama halnya dengan memakan daging mayat saudaranya sendiri. Naudzubillahimindzalik.

Mengenai ghibah tersebut, kadang sebagai manusia sudah tentu kita pernah membicarakan orang lain, baik yang sifatnya memuji maupun menggunjing. Benar? Tidak mungkin tidak pernah, meski hanya sedikit saja waktunya. Saya harap para pembaca tidak tersinggung dengan kalimat di atas. Toh, manusia tidak lepas dari khilaf, bukan?

Namun, sangat wajar sekali jika kita membicarakan orang dari segi yang positif dari orang tersebut. Artinya, dengan pembicaraan yang positif dan membangun itu kita sama artinya mendoakan yang baik untuk orang tersebut, kan? Dan, pastinya orang yang kita bicarakan itu akan senang bukan sedih atau sakit hati, kan? Namun, yang tidak wajar di sini adalah jika ada orang yang bangga, sekali lagi BANGGA membicarakan orang lain di publik. Dan, bila bahan ceritanya itu ditanggapi oleh orang lain, dirinya merasa puas. Seolah orang lain ikut mendukungnya untuk membicarakan seseorang yang mungkin tidak disukainya, orang yang dia iri karena sesuatu hal, orang yang seolah musuh dia. Pernahkah pembaca mengalami hal seperti ini? Mudah-mudahan tidak pernah dan tidak akan pernah.

Ya, kembali dengan orang-orang yang BANGGA membicarakan orang lain di publik itu. Bagaimana pemikiran pembaca tentang hal itu? Semoga pembaca sendiri bukan termasuk orang-orang yang seperti itu. Amin ya Allah. Menurut saya pribadi, orang-orang yang seperti itu patut kita kasihani. Kenapa? Karena mereka termasuk orang bodoh di dunia ini.
Hanya orang bodoh yang akan selalu melihat orang di depannya sebagai musuh, bila dia tidak menyukainya.
Hanya orang bodoh yang akan selalu iri dengan orang di depannya, bila dia tidak mendapatkan seperti apa yang didapatkan orang yang tidak disukainya itu.
Hanya orang bodoh yang tidak pernah sadar bahwa dirinya bodoh.
Hanya orang bodoh yang tidak pernah malu dengan kelakuannya.
Hanya orang bodoh yang bangga dengan kekurangannya.
Hanya orang bodoh yang menjunjung tinggi kekurangannya sebagai kelebihan di hadapan publik.
Hanya orang bodoh yang selalu senang membicarakan orang lain.
Hanya orang bodoh yang puas menyakiti perasaan orang lain.
Hanya orang bodoh yang merasa sangat puas jika strateginya untuk menghancurkan diri orang lain berhasil.
Dan, hanya orang bodohlah yang merasa dirinya lebih baik, lebih hebat, dan lebih semuanya dibanding orang lain.

Ok, dari sekian pemikiran saya tentang orang bodoh di atas, apa pembaca pernah bertemu dengan orang seperti itu selama ini?

Sebenarnya, Sabar itu tidak ada batasnya dan Sabar itu harus selalu lebar dan luas melebihi luasnya samudera atau bimasakti. (Maaf kalau lebay hehe), tapi ini memang benar, kan? Sabar tidak ada batasnya. Kalau ada batasnya berarti Ilmu Sabarnya belum mencapai level 10! (Awas ini bukan level di keripik Maicih yah -___-). Mungkin, level sabarnya masih menduduki level 1, 2, atau 3. Berkaitan dengan Diam, Sabar dan Diam itu memiliki hubungan erat layaknya saudara kandung. Dimana ada Sabar di sana ada Diam. Seperti itu, gampangnya. Artinya, jika kita sabar maka diam adalah senjata kita. Namun, diam sebagai sebagai senjata di sini bila kasusnya kita bertemu dengan orang-orang bodoh yang kriterianya seperti di atas tadi.
Orang bodoh tak kan pernah merasa puas untuk mengomentari, memfitnah, menggunjing, menjelek-jelekkan orang lain yang tidak disukainya di hadapan umum. Dan, untuk kita yang otaknya normal dan tidak bodoh, bagaimana sikap kita seharusnya menghadapi orang bodoh tersebut? DIAM. Anggap saja mereka adalah rumput yang bergoyang mencari perhatian dari angin supaya menambah goyangannya itu (kenapa jadi bahas goyang deh yah haha), dan kita sebagai manusia yang lebih beradab dari si rumput yang bergoyang itu cukup diam saja, bahkan boleh kok ketawa dan bilang “Dasar rumput aneh, ga ada angin kenapa goyang-goyang deh, NORAK bin GAK JELAS deh kamu rumput..” Begitulah kira-kira. Saya harap pembaca mengerti dengan maksud saya melalui penggambaran rumput yang bergoyang itu untuk menggambarkan kelakuan orang bodoh di sekitar kita.

Kita sebagai manusia yang sering menjumpai segala macam hal aneh bahkan orang aneh di sekitar kita, cukuplah diam dan mendoakan agar orang-orang seperti itu kembali normal otak dan hatinya. Buat apa meladeni orang bodoh yang tak pernah puas melukai perasaan orang lain. Itu sama saja seperti meladeni rumput kering yang bergoyang yang mengharap angin berhembus menambah goyangannya tadi. Betul kan saudara-saudara?

Nah, dari kalimat “DIAM LEBIH BAIK DARIPADA BERDEBAT DENGAN ORANG BODOH” tersebut saya harap kita sebagai manusia tidak mudah terpancing dengan kelakuan orang bodoh di sekitar kita. Masih banyak urusan penting dan segala hal bermakna di hidup kita daripada beradu mulut, bersilat lidah, apalagi bersilat-silatan pakai traktor atau bulldozer dengan orang bodoh. Widiih..BB UANG EUY..alias buang-buang uang. Bahkan, mungkin bisa mengakibatkan BB beneran alias bau badan gara-gara bertarung dengan si orang-orang bodoh.

Kita harus percaya bahwa Tuhan selalu ada dengan cahaya-Nya di hati kita. Tuhan tidak akan pernah melupakan hamba-Nya yang menangis karena kesabarannya. Tuhan tidak akan pernah melupakan hamba-Nya yang terdzalimi orang-orang fasik. Tuhan selalu ada di hati orang yang sabar menahan rasa sakit karena orang dzalim.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang sabar lillahi ta’ala. Amin Ya Rabbana..


1 comment:

Anonymous said...

5ksh..tulisan mbak menambah ke ikhlansan sy untuk trus bersabar dan menyerahkan perkara hati saya hanya pada ALLAH