Kau si daun kering
yang tergeletak pasrah
di perbukitan hijau
hanya berharap
hembusan angin
menerbangkan tubuhmu
membawa pada
kumpulan dedaunan
yang hijau segar
di kaki bukit itu
Katanya, kau ingin belajar
bagaimana menjadi
daun hijau segar
tapi apa daya
tubuhmu sudah terlanjur kering
sampai-sampai cacing kurus pun
enggan mendekatimu
sampai-sampai tetesan embun
tak lagi mampu membantu
agar kau tampak indah
meski sesaat
Ya, kau yang semakin pasrah
menjalani kehidupanmu
sebagai si daun kering
yang hujan deras pun membasahimu
masih tetap tak membuatmu terasa segar
yang terik matari pagi
tak lagi mampu
membuatmu hijau
Hingga suatu ketika
kau menemui semut kecil
yang melintas di dekat tubuhmu
dan kau bertanya;
"Hai semut kau merasa dirimu kuat di atas kecilnya tubuhmu?"
Semut terkekeh, "Ya, tentu! dan itu harus wahai daun kering!", "Aku
sangat menikmati diriku yang kecil ini. Selama Tuhan memberikan aku
waktu menikmati dunia, apapun tubuhku, aku sangat bahagia! Bagaimana
denganmu?"
Dan kau, si daun kering
melemaskan dirimu
di atas permadani perbukitan
yang hijau segar
"Ya, aku tampak pasrah selama ini. Padahal tiap hari aku ada di atas
bukit ini. Lebih indah melihat pemandangan dari sini. Sedangkan si daun
hijau, ada di kaki bukit. Dan mereka terlalu sering bertemu kehidupan
monoton."
Semut terkekeh sambil mengunyah makanannya
yang entah apa itu
"Kau kering dan kau pasrah. Tapi apa kau tahu? Daun hijau ingin sepertimu. Kau pasrah, tapi kau tulus atas kekeringanmu itu."
Dan atap perbukitan
dengan awan-awan yang menghitam
di langit
mulai menghujani
si daun kering
dan si semut berkata;
"berteduh di dekatmu, aku tak kehujanan. terima kasih atas kekeringanmu pada Tuhan"
No comments:
Post a Comment