Wednesday, July 7, 2010

Wanita, Biola, dan Senandung Sang Tulip


Yang selalu kuingat dari padang tulip ini adalah dia. Wanita yang pernah kutemui. Dengan biolanya dia bermadu cinta dengan alam. Angin lembut menghembus membawa lantunan melodinya. Kepada sang tulip ia bermanja kasih, merindukan yang terkasih. Aku, hanya bisa memandangnya dari sini. Sebenarnya aku ingin berlari. Menghempas angin, dan menjulurkan langkahku ke arahnya. Sekarang. Ya, dia wanita kenanganku. Aku ingat ia selalu bersenandung mesra dengan sang tulip.



Di senja itu, ia berlari kecil ke tengah padang. Gaun kusamnya menyeret tanah padang. Kau sangat aneh, kataku saat itu. Rupamu? Ah, sangat jauh dari kekasihku saat ini. Wanita itu berteriak atau menangis gelisah, aku tak tahu. Yang ku tahu diriku saat itu aku berdiri bersama kekasihku. Tak perlu kuceritakan lagi. Hanya sang tulip yang tahu dan perasaannya. Dia memang tak pernah mengenalku, tapi hati ini yang mengenalnya.

Wanita, biola, dan senandung sang tulip saat itu akan selalu kukenang. Karena dia wanita kenanganku. Bila kuceritakan pada alam, mungkin dia hanya tertawa membodohiku saja. Berkata, “Kau pemuda lemah...”. Ya, wanitaku kini aku datang ke padang tulip ini. Tapi aku datang hanya membawa kesedihan untukmu. Bahkan, di saat kau telah tertidur abadi di atas padang tulip ini aku hanya bisa menyisakan kemirisan bathin untukmu. Nisan batumu yang kokoh di balik kerajaan tulip ini hanya tersenyum padaku. Entah senyum atau tangisan. Terima kasih..setangkai tulip yang kau berikan padaku masih kusimpan, meski telah layu karena sepatuku saat itu. Terima kasih...kau telah bersatu dengan alam selalu memainkan melodi terbaik untukku senja itu. Terima kasih...wanita..kau telah mengajarkanku bagaimana caranya menghargai seseorang, tak pandang apapun. Terima kasih...wanita,biola, dan senandung sang tulip milikmu. Kini aku benar-benar menjadi pemuda.

No comments: