Wednesday, December 8, 2010

Cerita Sang Bunda Pada Tuhan

Malam ini Bunda menangis, kenapa? kataku dalam hati.
Aku panggil kakakku yang ada di kamarnya.
"Mas, Bunda menangis..." kataku.



Aku dan kakakku mengintip dari luar kamar Bunda.
Kami lihat Bunda sedang mengusap pelan airmata di pipinya.
Kami diam. Terpaku melihat Bunda yang sepertinya menyimpan begitu dalam kesedihan di hatinya.

"Ya Tuhan...terimakasih karena Engkau telah memberikanku sebuah keluarga yang sangat harmonis. Aku sangat bersyukur karena Engkau telah memberikanku seorang suami yang sangat hebat. Bapak adalah pria terhebat yang Kau kirimkan ke dunia untuk menjadi pemimpin dalam keluargaku saat ini. Aku sangat bersyukur meski suamiku hanya seorang pengojek dengan penghasilan yang sangat cukup untuk membiayai keluargaku dari awal kami menikah hingga 28 tahun usia anak pertamaku saat ini. Terimakasih Tuhan karena Kau telah memberikan aku seorang pria yang mampu menemani keseharianku dengan setia dan sabar sampai detik ini, dialah suami tercintaku. Tuhan...rezeki yang Kau berikan amat melimpah. Kau telah mengirimkan aku dua anak yang sangat hebat. Hamba sadar, hamba hanyalah seorang ibu yang jauh dari sempurna. Hamba bukan wanita cantik dan penuh kemewahan seperti ibu-ibu lainnya. Hamba tidak berhiaskan intan permata serta emas di sekujur tubuh hamba untuk mempercantik diri. Hamba hanyalah wanita biasa. Hamba hanya menjalankan perintah-Mu untuk membesarkan dan mendidik anak-anak sebagai titipan-Mu. Tuhan...terimakasih karena selalu melindungi anak-anakku dari kemewahan duniawi yang sarat dengan kesombongan dan kemunafikan. Hamba bahagia Tuhan, anak-anakku tumbuh menjadi sosok anak yang sederhana namun penuh kewibawaan dari diri mereka walaupun mereka tidak menggenggam handphone termahal, tidak membawa tas kulit termahal, tidak memakai mobil ataupun motor besar yang mewah. Terimakasih Tuhan..karena Engkau telah membimbing dan mengingatkan anak-anakku untuk selalu bersyukur atas apa yang mereka miliki. Meskipun bukan barang bagus yang mereka punya saat ini, tapi hamba bersyukur karena mereka membawa nama baik mereka di mata orang-orang. Mereka mewah karena intelektualitasnya, cara berbicaranya, sopan santun, perilaku, dan berbagai keahlian yang mereka miliki saat ini. Hamba bangga dengan itu semua...Anak pertamaku, Bunda bangga denganmu karena saat ini kau berhasil menjadi dokter gigi terkenal di kota metropolitan ini dengan usaha kerasmu mencari beasiswa karena kepandaian yang kau miliki bukan karena ekonomi keluarga kita. Kini kau tumbuh menjadi pria sekaligus dokter yang disegani oleh masyarakat. Kau ingat, saat kecil dulu gigimu hitam, Nak, dan kau sangat takut dengan tukang gigi serta peralatannya yang ada di tikungan gang. Hingga kau menjerit ketakutan saat Bunda ajak ke tukang gigi tersebut. Namun, kini kau telah membuktikan pada Bunda bahwa kau sekarang tidak akan takut lagi dengan dokter gigi. Anak keduaku, Bunda bahagia memiliki putri sepertimu..kau manis, kau beda di antara gadis seusiamu. Nak, Bunda bangga karena kau ingin selalu tampil menjadi dirimu sendiri. Bahkan, kau memilih untuk masuk jurusan teknik perminyakan yang tentunya kau harus bergaul dengan pengeboran dan minyak,di mana mungkin gadis seusiamu lebih memilih untuk masuk jurusan ekonomi, bahasa, atau menjadi model. Kau tidak pernah takut kulitmu akan terbakar matahari, namun kau malah takut jika Bunda melarangmu untuk menggeluti minat dan bakatmu. Kini, di usiamu yang ke-25 kau sudah keliling dunia dengan minyakmu, Nak. Bunda bangga...Anak-anakku, doa Bunda selalu ada untuk kalian dan tak akan pernah habis. Jerih payah kalian saat ini sudah dibalas oleh Tuhan..kini saatnya kalian bergerak mengikuti angin yang lembut untuk menerbangkan kalian hingga ke langit yang tinggi itu, Nak. Bunda dan Bapak selalu berdoa untuk kalian. Tetaplah kalian menjadi sosok yang sederhana, jangan pernah kau menyombongkan diri dengan kemewahan serta pangkat yang kalian miliki, karena itu tidak akan pernah membuat kalian dihargai atau disegani oleh orang lain. Bunda di sini bersama kalian..."

"Bunda...kami juga bangga memiliki Bunda dan Bapak...terimakasih Bunda, Bapak..kalian selalu menemani kami dengan kesederhanaan dan kasih sayang serta motivasi untuk kami berdua..dan kami yakin Tuhan tidak salah memasangkan orangtua yang baik untuk anak-anak yang baik..."


No comments: