Wednesday, March 23, 2011

Putus Asa? Jauh-Jauh Deh...


Saya tahu pasti semua orang mengerti bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Tetapi, apa benar saya, anda, kalian, mengerti betul akan hal itu?
Cobalah kita tatap diri kita kembali?
Kita balik ke masa kecil kita..
Terlebih dahulu..
Saat kita pertama kali belajar mengendarai sepeda.
Saya tidak akan mengajak anda untuk mengulang kembali masa ketika kita balita, sudah tentu kita tidak ingat kan? Bahkan, mungkin kita tahu saat balita kita melakukan apa saja. Benar?



Kita hanya cukup memori kita dari taman kanak-kanak saja.
Kala sore itu, kita keluar untuk bermain bersama-sama teman kita. Beberapa teman kita sudah ada yang bisa mengendarai sepeda, sedangkan kita? belum bisa.
Dan, setiap minggu pagi kita meminta papa kita untuk mengajari kita mengendarai sepeda.
Awalnya, kita terjatuh, dan berdarah. Di saat itulah kita menangis dipelukan papa dan mengatakan, "Papa, susah sekali naik sepeda. Aku takut jatuh lagi, Pa.." Kala itulah, Papa kita menyemangati kita dengan acungan jempolnya, "Hai anak Papa masa jatuh sekali saja sudah kalah..Ayo, semangat Nak. Kalau sudah jago mengendarainya, nanti Papa lengkapi sepedamu dengan bel 3 suara..Ade mau kan?" Dan kita pun mengangguk semangat.

Ingatkah anda dengan momen seperti ini saat anda kecil? Di saat kita mulai menyerah dan merasa ada satu hal yang sulit kita lakukan, saat itulah dorongan kasih dari orangtuan selalu hadir untuk kita. Walaupun kadang bersifat halus, bahkan terkadang malah gertakan yang keluar dari bibir Papa kita, tapi itulah kasih orangtua. Di saat kita putus asa, mereka selalu ada. Hingga pada akhirnya kita bisa mengendarai sepeda sampai saat ini dengan lihainya.

Kita lanjut saat kita SMA dulu. Ingatkah anda saat anda mulai merasa "iniklah awal dunia anda yang sebenarnya" ? Di saat kita memilih jurusan kuliah yang tepat dan sesuai dengan minat serta bakat kita. begitu banyak jurusan bertebaran dari berbagai universitas, kalau itu anda memilih jurusan atau universitas yang banyak dipilih oleh teman anda juga? Padahal, anda sebetulnya tidak ada minat dan bakat di jurusan tersebut. Tetapi, teman anda banyak berada di sana. Ya, itu masalah buat anda. Di lain hal anda ingin tetap bersama teman-teman baik anda, namun di lain hal jurusan yang sebenarnya cocok untuk anda ada di universitas yang berbeda dari universitas teman-teman anda berada. Ada juga masalah di mana anda tidak bisa memasuki jurusan yang anda sudah idam-idamkan bahkan sejak duduk di bangku SMP. dan, ini pernah terjadi pada saya pribadi. Di mana saya harus memilih antara memasuki bidang Kedokteran yang nantinya jika saya keluar akan menjadi dokter, atau memasuki bidang Pendidikan Bahasa yang nantinya jika saya keluar akan menjadi guru bahasa, atau dosen bahasa. Sekali lagi, jangan pernah menyerah. Bila kita putus asa, hancurlah kita. Semuanya. Maka, pada akhirnya dengan penuh keyakinan, dan motivasi besar untuk menggeluti bidang tersebut, akhirnya saya memilih masuk jurusan Bahasa. Ya, ternyata saya sadar..semua pekerjaan itu mulia, bukan hanya menjadi dokter saja yang mulia, tetapi mendidik anak bangsa itu jauh lebih mulia. Membagi ilmu dan mencerdaskan anak bangsa agar menjadi 'manusia sesungguhnya' itu adalah tanggung jawab yang sangat besar bagi seorang wanita, termasuk saya. Akan menjadi ibu bagi anak-anak saya kelak, dan akan juga menjadi ibu bagi anak-anak bangsa ini.

Namun, saya juga tidak bisa memungkiri bahwa kita smeua pasti pernah merasa putus asa, atau merasa lebih kecil dibandingkan orang lain. Bahkan, merasa lebih kecil dari sahabat kita, saudara kandung kita, maupun orang terdekat kita. Kadang, saya berpikir tentang sahabat saya yang kala waktu sering mampir 'ke luar' untuk liburan, ataupun ada pekerjaan di sana. Hmm..betapa enaknya menjadi si ini, bisa keliling dunia, ibarat jatinegara-depok. Lain lagi ketika saya berpikir tentang sahabat saya yang lain, "Beruntungnya kalau jadi si ini, sudah cantik, calon dokter, pinter, perfect banget !". Di saat lain, saya berpikir juga tentang sahabat saya yang lain, "Betapa bahagianya jadi dia. Dia terkenal, cantik, banyak dipuja orang.." Ah, dan mungkin sangat banyak jika anda juga berpikiran seperti saya. Ingin jadi si ini, si itu, si ono, si entu, ataupun si si si siapa lagi. Tetapi, coba kita telaah lagi. Sebenarnya, ngapain juga kita mikir kayak gitu kan? Toh, kita semua sama. Ciptaan Tuhan. Kalau kita saat ini bisa bernafas lega, melangkah dengan pasti, menulis dengan indah, berlari mengejar bus dengan semangat, mengutak-ngutik hape dengan jari-jari kita, kita sekolah, kita kuliah ditempat yang unggulan, kita bisa jajan enak, kita bisa bertemu teman-teman yang kita sayang setiap hari. Itu kan sama seperti orang yang kita bayangkan andai kita jadi dia? Betul kan?

Jadi, saya, anda, kalian, tidak perlu merasa bahwa kita ini lebih kecil dari teman kita, dari siapapun itu. Apalagi sampai kita putus asa karena tidak bisa seperti mereka. Wah, bahaya sekali. Kalau kata anak zaman sekarang 'lebay'. Kita harus yakin Tuhan menciptakan kita dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Tidak kurang tidak lebih, jika ada yang lebih itu adalah hadiah dari Tuhan untuk kita. Dan, tanggungannya kita harus bisa menggunakan kelebihan kita itu sesuai dengan fungsinya. Bila hari ini saya bisa memainkan lagu-lagu dengan piano, dan biola, dengan jari-jari saya, dan saya tidak bisa bermain gitar, drum, ya dapat memainkan piano dan biola itulah hadiah dari Tuhan untuk saya. Dan, bila teman saya bisa bermain gitar ya itu sudah hadiah Tuhan untuknya, bukan untuk saya. Bila hari saya tidak bisa praktikum kedokteran seperti mahasiswa kedokteran lainnya, dan hari ini saya duduk dengan buku fonologi di tangan saya, ya jurusan Bahasa itulah hadiah Tuhan untuk saya. Bila wajah saya tidak secantik si artis itu, ini, tidak seputih si itu si anu, ya wajah saya inilah hadiah dari Tuhan. Tetapi, untuk kecantikan dan ketampanan menurut saya itu relatif. Tuhan menciptakan semua umat manusia dengan baik. Tidak kurang suatu apapun, sekalipun orang tersebut cacat. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki tiap orang adalah keunikan, dan itu adalah anugerah Tuhan.

Maka, menjauhlah kita dari putus asa. Karena, sekali berkawan dengan putus asa, seterusnya kita akan terpuruk ke dalam lubang dalam dalam hidup kita.

SEMANGAT KAWAN !

No comments: