Aku hanya terperanjat
Begitu melihatmu berlari
Semakin cepat, dan jejakmu jadi tak beraturan
Menjauh
Bergerak macam siluet
dan akhirnya menghilang
Awalnya, kau duduk tenang di sampingku
Berkisah panjang lebar tentang sebuah senar biola yang putus malam itu
Dan katamu, kau sangat sedih
Kau bilang, jangan ceritakan ke orang lain
bahwa biolamu harganya seperti harga satu porsche
Dan aku terpingkal-pingkal mendengarnya
Sungguh? tanyaku
Kau hanya menyengir, lalu ikut tertawa terpingkal-pingkal
Tetiba kau diam
Dengan mata menyorot lekat-lekat pada atap alam yang meneduhi kita saat itu
Seketika kau seolah lupa pada kisah senar biola putusmu
Dengan melontarkan pernyataan paling romantis sejagat raya yang pernah kudengar
Nanti, melodi biolaku hanya kuhadiahkan untuk permaisuriku.
Sungguh-sungguh kau mengatakannya.
Lagi-lagi, aku hanya terpingkal-pingkal mendengarnya.
Kali ini, kau menatapku dalam-dalam
Lucukah ini? Impian seseorang kau tertawakan? katamu ketus
Dan malam itu, kau akhirnya berdiri
Meninggalkan biolamu tepat di sampingku
Berucap tajam padaku,
"Kau merindukannya 'kan? bukan padaku
Dan aku selalu tahu itu
Lelah, berpura-pura sepanjang hari
Aku berhenti menjadi seorang yang bodoh
Malam ini hingga entah kapan"
Detik itu
kau menjadi siluet di bawah atap alam yang makin menghitam
Kisahmu yang menjadi rutinitasku
Seperti jejak-jejakmu
yang terus menghilang
No comments:
Post a Comment