Friday, April 29, 2011

Biasa Saja


Sebenarnya saya menulis post ini karena terinspirasi dari fenomena yang terjadi awal tahun ini yang sedang 'in' di sekitar kita. Apa itu? Menonton konser.

Sebenarnya menurut saya pribadi, menonton konser itu lumrah dan sah-sah saja dilakukan. Dan mungkin bagi sebagian besar masyarakat urban di kota metropolitan ini hal tersebut menjadi suatu bagian dari gaya hidup mereka. Lalu, apa yang tidak lumrah di sini? Sikap dari para penontonnya yang cenderung 'lebay deh lo' alias berlebihan dalam menyikapi konser beserta artisnya tersebut. Melihat tayangan berita lewat televisi tentang konser dari artis luar yang beberapa hari lalu datang ke negeri ini, membuat saya berpikir "apa harus sampai sebegitunyakah menyikapi artis pujaannya?". Oh ya, sebelum melanjutkan membaca tulisan saya tentang hal ini, saya beritahu dulu jika para pembaca tidak setuju dengan tulisan saya ini silakan bagi pembaca tidak perlu melanjutkan kembali untuk membaca tulisan saya ini.

Oke, saya lanjutkan kembali. "Apa harus sampai sebegitunyakah menyikap artis pujaannya?". Apa harus sampai berteriak-teriak seolah-olah ada orang paling cantik dan ganteng yang turun dari langit dengan awan kinton dan pusaka untukmu di tangannya? Biasa saja. Jangan berlebihan. Apa harus sampai berujar "gilaaaa ganteng bangeeet....ga bisa tidur ini gara-gara liat nih orang secara langsung" ? Biasa saja. Jangan berlebihan. Toh, artis itu juga tidak akan memuji kita, kan?. "AAAA..Biiiiibeeeeeeeerrrrrrr....hiiiikssss" ujaran yang dikeluarkan saat si artis pujaan keluar dari bandara dan menjabat tangan kita. Perlu tidak sih teriak-teriak sampai keluar air mata juga? Biasa saja. Jangan berlebihan. Toh, tangan artis itu juga dari kulit kan, sama-sama ciptaan Tuhan. "AAAAAA....Lepiiiinnnn gilaaaaa ganteng gilaaaaa..." Ini sebenarnya pujian untuk si artis dari kita atau ledekan yah? Sudah dibilang ganteng ditambah gila pula. Kasihan. Biasa saja. Jangan berlebihan dalam memuji orang. " Oh my God....Lepiiiiiiiin...Adaaaaaammmm...Lepiiiiinnn....". Biasa saja. Jangan berlebihan dalam memandu sorak si artis saat konser. Apalagi sebut nama, jangan-jangan nanti yang nengok buka si artis yang ada nama Adam-nya itu. malah Adam yang lain. Adam siapa aja boleeeeh..boleeeeh..diliat aja boleeeh (diucapkan seperti khasnya mbak-mbak di pusat grosir baju yang menawarkan baju jualannya), Begitu kan?

Intinya, tidak ada hukum alam yang melarang untuk nonton konser. Tapi, yang harus kita perhatikan di sini adalah bersikaplah biasa saja dengan hal tersebut. Jangan berlebihan. Sesungguhnya yang berlebihan itu hanya menimbulkan hal yang tidak baik. Benar? Lalu, yang perlu kita pikirkan kembali adalah sepenting apakah menonton konser itu? Kalau orangtua kita tujuh turunan tidak akan habis hartanya, silakan saja mengeluarkan sebagian harta orangtua kita itu. Tapi, kalau kita hanya berasal dari keluarga yang menengah, dalam arti tidak kurang tidak lebih, nah ini yang harus kita ingat. Kalau kita masih 'minta-minta' sama orangtua, lebih baik kita tahan keinginan kita untuk nonton konser walaupun kita 'pengen banget gilaaaa nontooon' kalau bahasanya anak ageje jaman sekarang. Tahan dan lupakan. Ingat orangtua! Siang malam cari nafkah untuk kita, dengan mudahnya kita 'pah..mah minta dong sejuta buat nonton konser'. Jangan samakan tulang orangtua dengan tulang unta yang kuat panas, dingin, dan jangan samakan hati orangtua dengan hati ayam. Beda. Mungkin saja orangtua memberi, namun dalam hati siapa yang tahu kan? Sedih. Sangat mungkin terjadi seperti ini. Lalu, kita juga harus kenal siapa diri kita. Sebenarnya kita itu siapa? Kita nonton konser itu untuk apa? Sekedar hiburan belaka? Bisalah kita cukup nonton di tv saja, atau cukup dengerin cd-nya sambil ngebayangin wajah si penyanyinya itu. Cukup menyenangkan saya rasa dan hemat. Mengikuti trend zaman sekarang, menonton konser? Membantu orang luar negeri tambah kaya dengan mencari nafkah di negeri kita dengan menyelenggarakan konser besar di sini? Padahal untuk beli bensin mobil kita sendiri sudah empot-empotan. Lupakanlah. Dengan internet, bisa kita lihat artis tersebut lewat youtube.com, bukan? Lalu, biar dibilang anak zaman sekarang, anak gaul? Ada konser di negeri ini, langsung update. Wow. Padahal di sisi lain, emak kita lagi jaga toko di pasar, babeh kita lagi nyari utang sana-sini buat ngelunasin jajanan kita yang sudah berlebihan kapasitasnya. Anak zaman sekarang bukan berarti harus nonton konser, bukan berarti punya bb, bukan berarti harus pasang behel padahal gigi masih bagus, bukan berarti beli ipad padahal komputer di rumah sudah oke dengan internet, bukan berarti jalannya harus ke ke tempat ageje kumpul, bukan berarti harus facial muka biar kinclong saking kinclongnya sampai kaya tambang minyak, buka berarti harus nyalon tiap minggu, bukan berarti harus update status kapan saja via iphone atau bebe.

Biasa saja, Jangan berlebihan.

Jika kita ingin dibilang anak zaman sekarang, artinya adalah anak yang tanggap dengan berita aktual di sekitar kita, menyikapi globalisasi bukan dengan keborjuisan, keglamouran, dan 'kelebayan' yang lain hingga kita memaksakan diri dan keluarga. Kita yang muda yang harus mengubah dunia, bukan dunia yang mengubah kita. Kita yang muda yang harus membawa dunia, bukan dunia yang membawa kita.

Sesungguhnya, bersikap sederhana dan sewajarnya akan membuat orang menghormati kita sebagai pemuda yang baik bukan pemuda yang labil.

Sekian postingan saya menyikapi fenomena wah di sekitar kita saat ini. Semoga bermanfaat dan membuka hati serta pikiran kita sebagai pemuda.

Jumat jam 3 lewat 52 menit di bulan april tahun 2011

No comments: