Derap langkah kakinya
Menggema penuhi
Lorong panjang
Berhias sederetan foto-foto
yang sesekali bergerak
ikuti hembusan angin yang mengajaknya
Di tengah lorong
Ia berdehem pelan
Menghentikan langkahnya
yang sebenarnya berjalan gontai
dari muka lorong
Kenapa kau tidak pergi?
Katanya tanpa menoleh
lalu ia benar-benar berhenti
Aku sudah pergi sejak kau melangkah
Kata seseorang di belakangnya
Kenapa kau masih ada di sana?
Katanya lagi setengah menoleh
Tangannya mulai mengepal kuat
Aku sudah pergi sejak kau melangkah
Kata seseorang di belakangnya
lagi
Kubilang kau pergi!
Apa kau tidak dengar?
Kali ini ia menoleh dengan raut wajah merah
Aku sudah pergi
Apa kau masih merasa kita berjalan bersama-sama sejak tadi?
Kata seseorang di belakangnya
dan tersenyum
Ia tertegun cermati ucapan seseorang
yang ada di belakangnya
Mulutnya terbuka namun terkunci
tak berkata-kata
Aku sudah pergi sejak kau melangkah
Satu demi satu beri jarak
Kau dan aku
Tapi tempatku memang di sini
Aku tak mengikutimu
Aku tak mengendap-endap di belakangmu
Kenapa kau masih di sana?
Katanya tanpa menatap pada orang
yang jauh ada di hadapannya
Kali ini
Tempatku memang di sini
Agar saat kau kembali
Kau tak lupa
siapa yang jadi
tempatmu berpulang
Kata seseorang dari kejauhan
yang tersenyum padanya
Kenapa kau tidak pergi?
Katanya kali ini menunduk
Tempatku memang di sini
Untuk menunggu yang kembali padaku
Derap langkah kakinya
Kini menghilang
Tak lagi bergema
Hanya dua pasang mata
yang saling memandang
Berbatas pada kepentingan
(Dhinar A. Fitriany, 6 Mei 2015, 14:26 WIB)
Menggema penuhi
Lorong panjang
Berhias sederetan foto-foto
yang sesekali bergerak
ikuti hembusan angin yang mengajaknya
Di tengah lorong
Ia berdehem pelan
Menghentikan langkahnya
yang sebenarnya berjalan gontai
dari muka lorong
Kenapa kau tidak pergi?
Katanya tanpa menoleh
lalu ia benar-benar berhenti
Aku sudah pergi sejak kau melangkah
Kata seseorang di belakangnya
Kenapa kau masih ada di sana?
Katanya lagi setengah menoleh
Tangannya mulai mengepal kuat
Aku sudah pergi sejak kau melangkah
Kata seseorang di belakangnya
lagi
Kubilang kau pergi!
Apa kau tidak dengar?
Kali ini ia menoleh dengan raut wajah merah
Aku sudah pergi
Apa kau masih merasa kita berjalan bersama-sama sejak tadi?
Kata seseorang di belakangnya
dan tersenyum
Ia tertegun cermati ucapan seseorang
yang ada di belakangnya
Mulutnya terbuka namun terkunci
tak berkata-kata
Aku sudah pergi sejak kau melangkah
Satu demi satu beri jarak
Kau dan aku
Tapi tempatku memang di sini
Aku tak mengikutimu
Aku tak mengendap-endap di belakangmu
Kenapa kau masih di sana?
Katanya tanpa menatap pada orang
yang jauh ada di hadapannya
Kali ini
Tempatku memang di sini
Agar saat kau kembali
Kau tak lupa
siapa yang jadi
tempatmu berpulang
Kata seseorang dari kejauhan
yang tersenyum padanya
Kenapa kau tidak pergi?
Katanya kali ini menunduk
Tempatku memang di sini
Untuk menunggu yang kembali padaku
Derap langkah kakinya
Kini menghilang
Tak lagi bergema
Hanya dua pasang mata
yang saling memandang
Berbatas pada kepentingan
(Dhinar A. Fitriany, 6 Mei 2015, 14:26 WIB)
No comments:
Post a Comment