“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis” (QS. An-Najm: 43).
Sebagai seorang
manusia tentu kita pernah merasakan kesedihan. Setiap orang pasti punya cara
tersendiri untuk mengobati hatinya yang sedih. Mungkin, ada yang mengobati
hatinya dengan makan, bepergian ke tempat-tempat yang indah, berpetualang ke
gunung, menikmati deburan ombak di pantai, berbagi cerita pada hewan peliharaan
kesayangannya, bercerita pada orang yang dipercayanya, bernyanyi, dan bahkan
mungkin berbagi kisah pada boneka kesayangannya. Setiap orang pasti punya
solusi terbaik untuk mengobati hatinya yang sedih. Termasuk pula aku.
Seringkali,
orang-orang yang belum terlalu mengenalku menganggapku sebagai gadis yang
dingin dan agak sombong. Sejujurnya, aku memang tipikal gadis yang dingin.
Dingin dalam arti aku tidak terlalu minat untuk banyak bicara di umum. Apalagi
ketika aku berada di lingkungan baru dengan orang-orang baru. Biasanya, aku
akan mencari orang-orang yang ku pikir mereka memiliki ‘frekuensi’ diri yang
sama denganku. Bukan aku tidak terlalu suka membaur. Aku suka membaur, tetapi
tidak kepada semua orang aku bisa mendekatkan diriku. Aku hanya lebih suka
mendengar. Menurutku, mendengar orang lain berbicara adalah salah satu cara
diriku melihat seperti apa sisi terdalam dari diri orang lain. Mendengar orang
lain juga membantuku untuk memahami karakter orang lain di sekitarku. Sejak
kecil, aku memiliki kebiasaan suka mengamati orang lain dari bagaimana ia
berbicara, bagaimana karakter dirinya dari cara menulis kata-kata, bagaimana ia
berpakaian, bagaimana ia menampilkan dirinya di khalayak umum, dsb. Kebiasaan
itu pun masih berlanjut sampai sekarang.
Seperti yang ku
tuliskan tadi. Tidak kepada banyak orang yang ku kenal aku menceritakan siapa
diriku dan bagaimana diriku. Aku hanya selalu mencoba melihat orang-orang yang
ku pikir dapat ku percaya melalui hati kecilku. Sebab itulah, aku tak selalu
bisa nyaman kepada banyak orang meski aku bertemu mereka setiap harinya.
Mungkin bisa dihitung jari siapa-siapa saja orang yang telah berhasil
menciptakan rasa nyaman di hidupku, selain keluargaku. Tapi, aku tak ingin
menyebutkan siapa mereka. Yang jelas, aku sangat berterima kasih kepada mereka
yang telah berhasil menciptakan rasa nyaman untukku hingga hari ini.
Ketika aku merasa sangat
sedih karena suatu hal, aku lebih suka mencari keheningan dan kesunyian. Aku
sungguh mencintai sunyi dan hening. Kesunyian dan keheningan mengajakku
menghayati apa-apa yang harus ku lakukan untuk hidup dan kehidupanku. Kesunyian
dan keheningan juga mampu mengingatkanku bahwa Tuhan lebih dekat daripada nadi
ini. Kesunyian dan keheningan selalu membantuku mengingat-ingat hal apa saja
yang telah ku lakukan di hari kemarin. Kesunyian dan keheningan juga
memotivasiku untuk berpikir mendalam tentang segala kekurangan diriku selama
ini. Seringkali, ketika sedang merenung, aku justru mendapat banyak ide-ide
positif yang muncul di kepalaku. Ibaratnya, seperti kejatuhan bintang-bintang
pembawa pesan baik untuk diriku. Di dalam keheningan dan kesunyian, aku juga
lebih konsen untuk menuangkan apa-apa yang ada di dalam kepalaku dan perasaanku
menjadi sebuah tulisan yang ku harap tulisan yang kutuangkan adalah tulisan
yang baik dan bermanfaat untuk diriku maupun orang-orang yang mungkin nantinya
akan membaca tulisanku. Seperti saat kalian membaca tulisanku di blogku ini.
Saat aku merasa sedih,
sangat jarang sekali aku menangis. Ku ingat, terakhir aku menangis saat Ibuku
meninggal dunia di tahun 2007 yang lalu. Entahlah, mungkin tak ada hal yang
jauh lebih membuatku sedih selain perpisahanku di dunia dengan Ibuku. Tumbuh
besar tanpa pelukan Ibu, ku pikir itulah yang membuatku menjadi gadis yang
seperti adanya aku di hari ini. Mungkin benar juga jika ada orang yang
menganggapku gadis yang dingin. Bahkan, menyampaikan rasa sayang lewat pelukan
kepada ayahku saja, aku sangat malu. Ya, mungkin aku harus melatih diriku untuk
hal itu. Ketika aku merasa sangat sedih atau merasa sangat bahagia, aku lebih
suka mengungkapkannya dalam tulisan, seperti membuat puisi dan menulis quote. Aku sangat suka menulis puisi dan
menulis quote. Contohnya, ketika aku
mengagumi seseorang, aku pasti membuat sebuah puisi karena termotivasi olehnya.
Kemudian, puisi itu aku simpan. Jika aku berani menyampaikannya, maka aku
sampaikan padanya secara langsung. Tetapi, seringnya puisi-puisi yang ku tulis
untuk orang yang ku kagumi hanya ku simpan saja sebagai dokumen pribadi. Aku
juga suka menggambar. Tapi, jujur saja, aku pikir aku tak pernah punya bakat
membuat sketsa diri orang dengan baik. Gambarku pasti selalu jauh dari harapan.
Sebenarnya, aku lebih suka mendesain rumah, menggambar bentuk bangunan, dan
menggambar manga. Ya, aku suka menggambar untuk ku simpan sendiri. Ketika
melihat hasil gambar-gambarku, apalagi melihat gambar sosok seseorang yang jauh
dari wajah aslinya, dan hal itu membuatku jadi tertawa, itu merupakan satu
momen bahagia untukku.
Ketika aku merasa
sedih, aku suka menyendiri di kamar atau di ruang tamu rumahku. Biasanya, aku
memilih untuk menenggelamkan diriku dengan membaca buku atau melihat langit
siang yang biru. Itu jika aku sedang berada di rumah. Melihat langit siang yang
biru seperti memberi energi baru untukku. Ada perasaan nyaman yang tercipta
ketika aku menikmati langit siang yang biru dari balik jendela kamarku. Aku
sangat suka membaca buku, terutama buku-buku tentang tokoh-tokoh dunia yang
berpengaruh di masyarakat, buku-buku motivasi yang dikemas sedemikian unik,
misalnya dalam bentuk komik berwarna, buku-buku sejarah, buku-buku Islam
berkaitan tentang kesabaran, keikhlasan, dan cinta. Aku juga suka membaca buku horror
karena aku adalah penggemar film horror dan buku horror. Selain itu, aku juga
membaca novel. Sering, aku mendapat predikat si kutu buku dari orang-orang yang
memandangku seperti itu. Taka apa-apa jika mereka menganggapku si kutu buku,
karena kenyataannya aku memang seperti itu dan aku tidak pernah malu tentang
predikat itu di diriku. Ketika aku merasa sedih, buku-buku selalu berhasil
membuatku bahagai kembali. Melalui buku, aku seperti menemukan dunia lain yang
tak bisa ku dapatkan dari teman-teman sebayaku.
Sejak SMA dulu, aku
seringkali berangan-angan nantinya dapat berpasangan hidup dengan seorang pria
yang juga mencintai buku. Bersamanya, aku memiliki sebuah perpustakaan yang
sangat nyaman di rumah kami. Penuh buku-buku beragam genre dan saat liburan,
kami mengisi kebersamaan kami dengan membaca buku kemudian berbagi apa yang
kami dapat dari buku yang kami baca. Menurutku sih itu romantis sekali hehehe…
tapi, setiap orang pasti punya definisi romantis masing-masing, kan? Ya, semoga
saja angan-anganku itu bisa menjadi kenyataan. “Pria yang romantis, adalah pria
yang mengajakku tenggelam bersama buku-buku. Bagiku.” J
Ketika aku merasa
sangat sedih, biasanya aku akan mencari orang-orang yang menjadi ‘rumah’
untukku pulang. Tak banyak, bisa ku hitung jari. Aku akan menceritakan semua
hal yang membuatku sedih sedetil mungkin padanya. Ya, salah satu ciri khas dari
diriku ialah aku menulis secara detail tentang suatu hal. Bagiku, mengungkapkan
sesuatu melalui tulisan harus sejelas mungkin agar tidak timbul kesalahpahaman
atau persepsi yang berbeda antara aku dengan orang yang membaca tulisanku.
Ketika aku bercerita pada orang-orang yang menjadi ‘rumah’ untukku, aku tak
pernah meminta solusi dari mereka. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku
hanya butuh tempat bercerita hingga aku kembali merasa tenang dan lega.
Ya, setiap orang punya
caranya masing-masing untuk menghapus rasa sedih di hatinya. Aku adalah aku.
Caraku menghapus kesedihanku adalah menurut caraku. Begitu juga dengan kalian
yang sedang membaca tulisanku sekarang. Apapun yang kita lakukan untuk
menghapus rasa sedih kita, semoga selalu dengan cara-cara terbaik dan positif
untuk hidup dan kehidupan kita.
Orang yang sangat jarang menangis,
bukan berarti ia tak pernah sedih. Namun, ia mengobati rasa sedihnya dengan
tersenyum dan berusaha untuk selalu ceria di hadapan orang lain. Orang yang
sangat jarang menangis, bukan berarti ia tak pernah sedih. Namun, ia mengobati
rasa sedihnya dengan caranya tersendiri yang tak selalu teriring air mata. Orang
yang sangat jarang menangis, bukan berarti ia tak pernah sedih. Namun, ia
mengobati rasa sedihnya dengan berjuang diam-diam tak menampakkan kerapuhannya
di hadapan orang lain.
BELAJARLAH UNTUK TERTAWA DI SELA-SELA
TANGISMU
DAN BELAJARLAH UNTUK MENANGIS DI
SELA-SELA TAWAMU
KARENA TUHAN SELALU BERADA PADA
KEDUANYA
(daf)
Salam,
Dhinar A. Fitriany
22 Februari 2016, 13: 56 WIB
3 comments:
Ya, dgn bercerita dgn org lain, tadinya tdk dekat menjadi dkt (sahabat atau bisa jd tmn curhat)
Akupun sm pny rasa sedih, namun tak aku nampakkan pd keluarga, saat di kampus aku bisa tertawa lepas dgn tmn2, pd saat plg, tak bisa tertawa lepas,,
Kesedihanku ku ceritakan pd siapa yg anggap aku sudah akrab...
Ya, dgn bercerita dgn org lain, tadinya tdk dekat menjadi dkt (sahabat atau bisa jd tmn curhat)
Akupun sm pny rasa sedih, namun tak aku nampakkan pd keluarga, saat di kampus aku bisa tertawa lepas dgn tmn2, pd saat plg, tak bisa tertawa lepas,,
Kesedihanku ku ceritakan pd siapa yg anggap aku sudah akrab...
Aku juga, tapi terpuruk terlalu lama dalam kesedihan juga tidak baik , karna segelap apapun hati kita hari ini ,esok matahari akan tetap terbit hidup masih terus berjalan selama tuhan masih memberikan kita kesempatan memberikan kebaikan kepada dunia atau mengindahkannya dengan cara yg benar agar ia tersenyum ,jadilah lukisan tuhan yg indah sbgaimana mestinya,atau kiranya sperti pelangi dengan cara apapun keindahan selalu berhubungan dengan kebaikan dan kebaikan akan selalu membawa manfaat.
Post a Comment