Sunday, February 21, 2016

MENGHAPUS RASA SEDIH

“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis” (QS. An-Najm: 43).





Sebagai seorang manusia tentu kita pernah merasakan kesedihan. Setiap orang pasti punya cara tersendiri untuk mengobati hatinya yang sedih. Mungkin, ada yang mengobati hatinya dengan makan, bepergian ke tempat-tempat yang indah, berpetualang ke gunung, menikmati deburan ombak di pantai, berbagi cerita pada hewan peliharaan kesayangannya, bercerita pada orang yang dipercayanya, bernyanyi, dan bahkan mungkin berbagi kisah pada boneka kesayangannya. Setiap orang pasti punya solusi terbaik untuk mengobati hatinya yang sedih. Termasuk pula aku.




Seringkali, orang-orang yang belum terlalu mengenalku menganggapku sebagai gadis yang dingin dan agak sombong. Sejujurnya, aku memang tipikal gadis yang dingin. Dingin dalam arti aku tidak terlalu minat untuk banyak bicara di umum. Apalagi ketika aku berada di lingkungan baru dengan orang-orang baru. Biasanya, aku akan mencari orang-orang yang ku pikir mereka memiliki ‘frekuensi’ diri yang sama denganku. Bukan aku tidak terlalu suka membaur. Aku suka membaur, tetapi tidak kepada semua orang aku bisa mendekatkan diriku. Aku hanya lebih suka mendengar. Menurutku, mendengar orang lain berbicara adalah salah satu cara diriku melihat seperti apa sisi terdalam dari diri orang lain. Mendengar orang lain juga membantuku untuk memahami karakter orang lain di sekitarku. Sejak kecil, aku memiliki kebiasaan suka mengamati orang lain dari bagaimana ia berbicara, bagaimana karakter dirinya dari cara menulis kata-kata, bagaimana ia berpakaian, bagaimana ia menampilkan dirinya di khalayak umum, dsb. Kebiasaan itu pun masih berlanjut sampai sekarang.



Seperti yang ku tuliskan tadi. Tidak kepada banyak orang yang ku kenal aku menceritakan siapa diriku dan bagaimana diriku. Aku hanya selalu mencoba melihat orang-orang yang ku pikir dapat ku percaya melalui hati kecilku. Sebab itulah, aku tak selalu bisa nyaman kepada banyak orang meski aku bertemu mereka setiap harinya. Mungkin bisa dihitung jari siapa-siapa saja orang yang telah berhasil menciptakan rasa nyaman di hidupku, selain keluargaku. Tapi, aku tak ingin menyebutkan siapa mereka. Yang jelas, aku sangat berterima kasih kepada mereka yang telah berhasil menciptakan rasa nyaman untukku hingga hari ini.
        
   
Ketika aku merasa sangat sedih karena suatu hal, aku lebih suka mencari keheningan dan kesunyian. Aku sungguh mencintai sunyi dan hening. Kesunyian dan keheningan mengajakku menghayati apa-apa yang harus ku lakukan untuk hidup dan kehidupanku. Kesunyian dan keheningan juga mampu mengingatkanku bahwa Tuhan lebih dekat daripada nadi ini. Kesunyian dan keheningan selalu membantuku mengingat-ingat hal apa saja yang telah ku lakukan di hari kemarin. Kesunyian dan keheningan juga memotivasiku untuk berpikir mendalam tentang segala kekurangan diriku selama ini. Seringkali, ketika sedang merenung, aku justru mendapat banyak ide-ide positif yang muncul di kepalaku. Ibaratnya, seperti kejatuhan bintang-bintang pembawa pesan baik untuk diriku. Di dalam keheningan dan kesunyian, aku juga lebih konsen untuk menuangkan apa-apa yang ada di dalam kepalaku dan perasaanku menjadi sebuah tulisan yang ku harap tulisan yang kutuangkan adalah tulisan yang baik dan bermanfaat untuk diriku maupun orang-orang yang mungkin nantinya akan membaca tulisanku. Seperti saat kalian membaca tulisanku di blogku ini.
          
Saat aku merasa sedih, sangat jarang sekali aku menangis. Ku ingat, terakhir aku menangis saat Ibuku meninggal dunia di tahun 2007 yang lalu. Entahlah, mungkin tak ada hal yang jauh lebih membuatku sedih selain perpisahanku di dunia dengan Ibuku. Tumbuh besar tanpa pelukan Ibu, ku pikir itulah yang membuatku menjadi gadis yang seperti adanya aku di hari ini. Mungkin benar juga jika ada orang yang menganggapku gadis yang dingin. Bahkan, menyampaikan rasa sayang lewat pelukan kepada ayahku saja, aku sangat malu. Ya, mungkin aku harus melatih diriku untuk hal itu. Ketika aku merasa sangat sedih atau merasa sangat bahagia, aku lebih suka mengungkapkannya dalam tulisan, seperti membuat puisi dan menulis quote. Aku sangat suka menulis puisi dan menulis quote. Contohnya, ketika aku mengagumi seseorang, aku pasti membuat sebuah puisi karena termotivasi olehnya. Kemudian, puisi itu aku simpan. Jika aku berani menyampaikannya, maka aku sampaikan padanya secara langsung. Tetapi, seringnya puisi-puisi yang ku tulis untuk orang yang ku kagumi hanya ku simpan saja sebagai dokumen pribadi. Aku juga suka menggambar. Tapi, jujur saja, aku pikir aku tak pernah punya bakat membuat sketsa diri orang dengan baik. Gambarku pasti selalu jauh dari harapan. Sebenarnya, aku lebih suka mendesain rumah, menggambar bentuk bangunan, dan menggambar manga. Ya, aku suka menggambar untuk ku simpan sendiri. Ketika melihat hasil gambar-gambarku, apalagi melihat gambar sosok seseorang yang jauh dari wajah aslinya, dan hal itu membuatku jadi tertawa, itu merupakan satu momen bahagia untukku.


Ketika aku merasa sedih, aku suka menyendiri di kamar atau di ruang tamu rumahku. Biasanya, aku memilih untuk menenggelamkan diriku dengan membaca buku atau melihat langit siang yang biru. Itu jika aku sedang berada di rumah. Melihat langit siang yang biru seperti memberi energi baru untukku. Ada perasaan nyaman yang tercipta ketika aku menikmati langit siang yang biru dari balik jendela kamarku. Aku sangat suka membaca buku, terutama buku-buku tentang tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh di masyarakat, buku-buku motivasi yang dikemas sedemikian unik, misalnya dalam bentuk komik berwarna, buku-buku sejarah, buku-buku Islam berkaitan tentang kesabaran, keikhlasan, dan cinta. Aku juga suka membaca buku horror karena aku adalah penggemar film horror dan buku horror. Selain itu, aku juga membaca novel. Sering, aku mendapat predikat si kutu buku dari orang-orang yang memandangku seperti itu. Taka apa-apa jika mereka menganggapku si kutu buku, karena kenyataannya aku memang seperti itu dan aku tidak pernah malu tentang predikat itu di diriku. Ketika aku merasa sedih, buku-buku selalu berhasil membuatku bahagai kembali. Melalui buku, aku seperti menemukan dunia lain yang tak bisa ku dapatkan dari teman-teman sebayaku.


Sejak SMA dulu, aku seringkali berangan-angan nantinya dapat berpasangan hidup dengan seorang pria yang juga mencintai buku. Bersamanya, aku memiliki sebuah perpustakaan yang sangat nyaman di rumah kami. Penuh buku-buku beragam genre dan saat liburan, kami mengisi kebersamaan kami dengan membaca buku kemudian berbagi apa yang kami dapat dari buku yang kami baca. Menurutku sih itu romantis sekali hehehe… tapi, setiap orang pasti punya definisi romantis masing-masing, kan? Ya, semoga saja angan-anganku itu bisa menjadi kenyataan. “Pria yang romantis, adalah pria yang mengajakku tenggelam bersama buku-buku. Bagiku.” J


Ketika aku merasa sangat sedih, biasanya aku akan mencari orang-orang yang menjadi ‘rumah’ untukku pulang. Tak banyak, bisa ku hitung jari. Aku akan menceritakan semua hal yang membuatku sedih sedetil mungkin padanya. Ya, salah satu ciri khas dari diriku ialah aku menulis secara detail tentang suatu hal. Bagiku, mengungkapkan sesuatu melalui tulisan harus sejelas mungkin agar tidak timbul kesalahpahaman atau persepsi yang berbeda antara aku dengan orang yang membaca tulisanku. Ketika aku bercerita pada orang-orang yang menjadi ‘rumah’ untukku, aku tak pernah meminta solusi dari mereka. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya butuh tempat bercerita hingga aku kembali merasa tenang dan lega.


Ya, setiap orang punya caranya masing-masing untuk menghapus rasa sedih di hatinya. Aku adalah aku. Caraku menghapus kesedihanku adalah menurut caraku. Begitu juga dengan kalian yang sedang membaca tulisanku sekarang. Apapun yang kita lakukan untuk menghapus rasa sedih kita, semoga selalu dengan cara-cara terbaik dan positif untuk hidup dan kehidupan kita.


Orang yang sangat jarang menangis, bukan berarti ia tak pernah sedih. Namun, ia mengobati rasa sedihnya dengan tersenyum dan berusaha untuk selalu ceria di hadapan orang lain. Orang yang sangat jarang menangis, bukan berarti ia tak pernah sedih. Namun, ia mengobati rasa sedihnya dengan caranya tersendiri yang tak selalu teriring air mata. Orang yang sangat jarang menangis, bukan berarti ia tak pernah sedih. Namun, ia mengobati rasa sedihnya dengan berjuang diam-diam tak menampakkan kerapuhannya di hadapan orang lain.


BELAJARLAH UNTUK TERTAWA DI SELA-SELA TANGISMU
DAN BELAJARLAH UNTUK MENANGIS DI SELA-SELA TAWAMU
KARENA TUHAN SELALU BERADA PADA KEDUANYA
(daf)


Salam,


Dhinar A. Fitriany
22 Februari 2016, 13: 56 WIB
           
            

3 comments:

Unknown said...

Ya, dgn bercerita dgn org lain, tadinya tdk dekat menjadi dkt (sahabat atau bisa jd tmn curhat)

Akupun sm pny rasa sedih, namun tak aku nampakkan pd keluarga, saat di kampus aku bisa tertawa lepas dgn tmn2, pd saat plg, tak bisa tertawa lepas,,
Kesedihanku ku ceritakan pd siapa yg anggap aku sudah akrab...

Unknown said...

Ya, dgn bercerita dgn org lain, tadinya tdk dekat menjadi dkt (sahabat atau bisa jd tmn curhat)

Akupun sm pny rasa sedih, namun tak aku nampakkan pd keluarga, saat di kampus aku bisa tertawa lepas dgn tmn2, pd saat plg, tak bisa tertawa lepas,,
Kesedihanku ku ceritakan pd siapa yg anggap aku sudah akrab...

Unknown said...

Aku juga, tapi terpuruk terlalu lama dalam kesedihan juga tidak baik , karna segelap apapun hati kita hari ini ,esok matahari akan tetap terbit hidup masih terus berjalan selama tuhan masih memberikan kita kesempatan memberikan kebaikan kepada dunia atau mengindahkannya dengan cara yg benar agar ia tersenyum ,jadilah lukisan tuhan yg indah sbgaimana mestinya,atau kiranya sperti pelangi dengan cara apapun keindahan selalu berhubungan dengan kebaikan dan kebaikan akan selalu membawa manfaat.