Ini tentang sebuah rasaku
Aku si pria yang berpenampilan cukup menarik
Kurasa
Meski wajahku tak terlalu tampan bak pangeran
Tapi aku bersyukur dengan semua hal sering terjadi di dalam hari-hariku
Pagi itu aku terkesima bersama kawan karibku si matahari
Dan juga matahati
Ketika kulihat sesosok wanita bergaun krem soft dengan sebuket bunga matahari di pelukannya
Kuhampiri ia
Haha
Ya ampun kenapa dia berlari
Apa wajahku terlalu seram untuknya? Haha
Aku jadi malu sendiri
Hai, tunggu aku bukan orang jahat
Kataku seperti di film film romantis zaman ayahku muda
Ya, berhasil caraku !
Wanita itu terdiam dari langkah seribunya dan perlahan menengokkan wajahnya
Ya Tuhan…apakah ini bidadari?
Ah bukan, bukan..mana ada bidadari di kesendiriannya seperti ini
Tapi, setelah dia mulai tersenyum padaku dan menjambatkan jarinya
Wah, kawan ! Mungkin terlalu gombal sepetinya jika aku mengatakan dia lebih cantik dari bidadari
Sejujurnya, dia sangat cantik dengan senyumnya dibandingkan dengan wajah sendunya itu
Kutelusuri jalan panjang dan rindang dengan pohon cemara di kiri kananku
Tentu bersamanya
Bercerita ini dan itu
Terkadang tertawa, bahkan terdiam seribu bahasa
Ya, kisah sepanjang pohon cemara
Sungguh mengesankan
Tapi jangan kau kira dia mau bersamaku
Saat di tengah perjalanan, dia jelas-jelas menolakku
Dengan mengatakan
Waktu belum berpihak dengan kita
Baiklah kawan..aku rela
Selama aku masih bisa melihat dirinya tersenyum
Aku tenang
Dan ini bukan gombal
Karena aku bukan tipe pria penggombal dengan seribu harapan dari bibirku
Baiklah aku yakin waktu terus bersama kami
Aku dan dia punya jalan masing-masing yang harus kutempuh
Dia akhir jalan panjang itu, ada dua jalan.
Aku memilih ke kiri
Dan
Dia memilih ke kanan
Seketika itu aku dan dia saling tersenyum
Selamat tinggal wanita matahariku
Waktu bukan tidak berpihak pada kita
Tapi dalam hidup selalu terikat dengan pilihan
Sampai jumpa wanita matahariku!
Aku di sini ingin melihat senyummu, selalu..
No comments:
Post a Comment